Babak terakhir dari sebuah kisah luar biasa di dunia sepak bola akhirnya ditutup. Jamie Vardy, sosok yang menjelma dari pemain non-liga menjadi legenda hidup Leicester City, menyatakan perpisahannya dari klub yang sudah ia bela selama lebih dari satu dekade. Musim 2024/2025 menandai akhir dari pengabdian luar biasa selama 13 tahun, penuh dengan perjuangan, kejutan, dan kejayaan yang tak terlupakan.
Kabar ini datang bersamaan dengan masa-masa sulit bagi The Foxes. Dengan posisi ke-19 di klasemen akhir Premier League, harapan untuk bertahan di kasta tertinggi pupus sudah.
Jamie Vardy, yang kontraknya akan habis di akhir musim, memilih untuk tak lagi memperpanjang masa tinggalnya. Musim lalu, ia sempat menandatangani perpanjangan kontrak satu tahun, namun tahun ini keputusan sudah bulat: saatnya menutup lembaran indah bersama klub yang ia cintai.
Dalam sebuah pernyataan emosional, Ketua Leicester City, Aiyawatt Srivaddhanaprabha, menyampaikan rasa hormat dan kagumnya kepada sang legenda.
“Jamie itu benar-benar spesial. Tak hanya sebagai pemain, tapi juga sebagai pribadi. Ia telah menjadi bagian penting dalam hati semua orang di Leicester City. Saya menghormatinya sepenuh hati dan bersyukur atas segala yang telah ia berikan untuk klub ini.”
“Meski masa pengabdiannya di Leicester telah berakhir, rumah ini akan selalu terbuka untuknya dan keluarganya. Saya berharap yang terbaik untuk Jamie dan keluarganya ke depannya. Saya tahu para pendukung kami akan memberikan perpisahan yang layak untuknya di akhir musim.”
Awal Cerita yang Sederhana Jamie Vardy

Perjalanan Vardy di Leicester dimulai pada Mei 2012. Saat itu, ia direkrut dari klub non-liga, Fleetwood Town. Langkah yang semula dipandang sebagai perjudian, ternyata menjadi keputusan paling jitu dalam sejarah klub.
Finis di posisi ke-14 jadi bukti bahwa Vardy bukan sembarang penyerang. Tapi semua itu hanyalah awal dari cerita yang jauh lebih spektakuler.
Musim 2015/2016 jadi panggung utama bagi kisah “dongeng sepak bola” yang akan dikenang sepanjang masa. Di bawah asuhan Claudio Ranieri, Vardy menjadi pusat perhatian dunia saat ia memimpin Leicester—tim yang tak diunggulkan sama sekali—merengkuh gelar juara Premier League. Sebanyak 24 gol ia sumbangkan, termasuk rekor mencetak gol dalam 11 pertandingan berturut-turut, yang membuat namanya tercatat di buku sejarah.
Ikon Konsistensi dan Loyalitas
Vardy bukan hanya tentang satu musim ajaib. Setelah musim juara, ia terus menunjukkan konsistensi luar biasa. Bahkan pada tahun 2020, ia berhasil meraih gelar top skor liga dengan 23 gol.
Yang lebih mengesankan, ia tetap setia pada Leicester meski banyak klub besar menggoda. Saat pemain lain memilih hijrah demi gelar dan uang, Vardy memilih bertahan dan berjuang bersama klub yang memberinya kesempatan saat tak banyak yang percaya padanya.
Ia adalah simbol dedikasi, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Dari pemain semi-profesional hingga jadi bintang Premier League dan ikon nasional, Jamie Vardy menulis cerita inspiratif yang akan diceritakan dari generasi ke generasi.
Saat Mentari Mulai Merunduk
Seiring berjalannya waktu, usia mulai mengejar sang penyerang. Vardy tak lagi setajam dulu, dan perlahan mulai menghabiskan lebih banyak waktu di bangku cadangan. Puncaknya terjadi pada musim 2022/2023, saat Leicester harus merasakan pahitnya terdegradasi.
Namun, semangat tempurnya belum padam. Di Championship musim berikutnya, Vardy bangkit dan mencetak 15 gol yang sangat krusial. Berkat kontribusinya, Leicester sukses menjadi juara Championship dan kembali ke Premier League hanya dalam semusim. Ia menunjukkan bahwa usia hanyalah angka, dan tekad bisa menyalakan kembali semangat juang.
Musim terakhirnya bersama Leicester mungkin tak semewah tahun-tahun sebelumnya. Tapi perannya tetap sentral, terbukti dengan kepercayaan yang masih diberikan padanya: 31 kali menjadi starter dari 33 laga Premier League musim ini.
Jejak di Panggung Internasional
Sejak melakukan debutnya bersama Timnas Inggris pada tahun 2015, ia mengoleksi 26 caps dan mencetak tujuh gol. Ia menjadi bagian skuad Inggris di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018, menambahkan lembaran baru dalam catatan karier internasionalnya.
Ia hadir dari jalur yang tidak biasa, namun tetap mampu bersaing di level tertinggi.
Kini, seiring perjalanannya di Leicester resmi berakhir, Jamie Vardy meninggalkan warisan yang tak ternilai. Ia bukan hanya pencetak gol, tapi juga simbol kebangkitan dan mimpi yang jadi nyata. Dari lapangan rumput kecil di divisi bawah hingga panggung tertinggi Premier League, Vardy telah membuktikan bahwa mimpi besar bisa dicapai oleh siapa saja—asal mau berjuang.
Perpisahan ini mungkin pahit, tapi kisahnya akan terus hidup dalam setiap sudut King Power Stadium dan di hati para pendukung Leicester City. Selamat jalan, Jamie. Terima kasih untuk segalanya